Kamis, 20 Januari 2011

Pendidikan Islam


A.  Perkembangan Pendidikan Islam
1.      Pendidikan Islam di Masa Klasik
a.    Pendidikan Islam Masa Rasulullah
Pendidikan di masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi dua periode; periode Mekkah dan periode Madinah. Pada Periode Mekkah, sistem pendidikan Islam lebih bertumpu kepada nabi, tidakada yang memberikan kewenangan untuk memberikan atau menentukan materi-materi pendidikan. Nabi melakukannya secara sembunyi-sembunyi terutama pada keluarga, disamping dengan berpidatodan ceramah di tempat-tempat ramai yang dikunjungi orang. Sedangkan materi pengajaran yang diberikan hanya berkisar pada ayat-ayat Al-Qur’an sejumlah 93 surat dan petunjuk-petunjuknya. Periode Madinah, usaha pendidikan nabi yang pertama adalah membangun masjid. Melalui pendidikanmasjidini, Nabi memberikan pengajaran dan pendidikan islam. Secaraumum, materi pendidikan berkisar pada bidangagama, akhlak,kesehatan jasmani, dan kemasyarakatan.
b.   Pendidikan Islam di Masa Khulafa Al Rasyidin
Sistem pendidikan dilakukan secara mandiri, tidak dikelola oleh pemerintah, kecuali pada masa khalifah Umar bin Khatab yang turut campur dalam menambahkankan kurikulum di lembaga kuttab.
Materi pendidikan yang diajarkan pada masa ini sebelum Umar bin Khatab adalah; membaca dan menulis, membaca al-Quran dan menghafalnya, belajar pokok agama Islam.
Ketika Umar bin Khatab diangkat, ia menginstruksikan kepada pendudukkota agar anak-anak diajarkan berenang, mengendarai unta, memanah, membaca dan menghafal syair mudah dan peribahasa. Sedangkan materi pendidikan tingkat menengah terdiri dari; al-Qur’an dan Tafsirnya, Hadist, dan Fiqih. Ilmu yangdiangap duniawi dan ilmu filsafat belum dikenal sehingga pada masa itu tidak ada.
c.    Pendidikan Islam Masa dinasti Umayah
Secara esensial, pendidikan Islam pada masa dinasti Umayah hampir sama dengan Khulafa Al Rasyidin. Hanya saja perhatian para raja  dibidang pendidikan agaknya kurang memperhatikan perkembangannya secara maksimal, sehingga pendidikanberjalan tidak diatur oleh pemerintah, tetapi oleh para ulama yang memiliki pengetahuan yang mendalam. Diantara dinasti Umayah dalam bidang pendidikan, adalah menekankan ciri ilmiah pada masjid sehingga menjadi pusat perkembangan ilmu perguruan tinggi dalam masyarakat Islam. Dengan demikian, periode antara permulaan abad kedua hijriah sampai akhir abad ketiga  hijriah merupakan zaman pendidikan masjid yang paling cemerlang.
d.   Pendidikan Islam Masa Dinasti Abasiyah
Tujuh lembaga pendidikan telah berdiri pada masa Abbasiyah, ketujuh lembaga pendidikan itu adalah: pendidikan dasar(kuttab), pendidikan masjid(masjid) kedai pedagang kitab(hawanit waraqin), tempat tingal para sarjana(manazil ulama), sanggar seni dan sastra(shalunat adabiyah), perpustakaan(dawr kutub wa dawr ilm), lembaga pendidikan sekolah(madrasah). Secara umum, sluruh lembaga pendidikan itu diklasifikasikan menjadi  tiga tingkat:
1)      Kuttab
2)      Masjid, Sanggar Seni,dan Ilmu Pengetahuan
3)      Masjid, Madrasah, Perpustakaan.
Secara garis besar metodepengajaran dibedakanmenjadi dua, yaitu; bidang keagamaan dan bidang intelektual.[1]
2.      Pendidikan Tradisional dan Modern
Pendidikan tradisional (konsep lama) sangat menekankan pentingnya penguasaan bahan pelajaran. Menurut konsep ini rasio ingatanlah yang memegang peranan penting dalam proses belajar di sekolah. Pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang dominan di tingkat pendidikan dasar dan menengah sejak paruh kedua abak ke-19, dan mewakili puncak pencarian elektik atas 'satu sistem terbaik'. Ciri utama pendidikan tradisional termasuk : (1) anak-anak biasanya dikirim ke sekolah di dalam wilayah geografis distrik tertentu, (2) mereka kemudian dimasukkan ke kelas-kelas yang biasanya dibeda-bedakan berdasarkan umur, (3) anak-anak masuk sekolah di tiap tingkat menurut berapa usia mereka pada waktu itu, (4) mereka naik kelas setiap habis satu tahun ajaran, (5) prinsip sekolah otoritarian, anak-anak diharap menyesuaikan diri dengan tolok ukur perilaku yang sudah ada, (6) guru memikul tanggung jawab pengajaran, berpegang pada kurikulum yang sudah ditetapkan, (7) sebagian besar pelajaran diarahkan oleh guru dan berorientasi pada teks, (8) promosi tergantung pada penilaian guru, (9) kurikulum berpusat pada subjek pendidik, (10) bahan ajar yang paling umum tertera dalam kurikulum adalah buku-buku teks.
Lebih lanjut menurut Vernon Smith, pendidikan tradisional didasarkan pada beberapa asumsi yang umumnya diterima orang meski tidak disertai bukti keandalan atau kesahihan. Umpamanya: 1). ada suatu kumpulan pengetahuan dan keterampilan penting tertentu yang musti dipelajari anak-anak; 2). tempat terbaik bagi sebagian besar anak untuk mempelajari unsur-unsur ini adalah sekolah formal, dan 3). cara terbaik supaya anak-anak bisa belajar adalah mengelompokkan mereka dalam kelas-kelas yang ditetapkan berdasarkan usia mereka
pendidikan Islam yang lain masih menganut sistem lama, kurikulum ditetapkan merupakan paket yang harus diselesaikan, kurikulum dibuat tanpa atau sedikit sekali memperhatikan konteks atau relevansi dengan kondisi sosial masyarakat bahkan sedikit sekali memperhatika dan mengantisipasi perubahan zaman, sistem pembelajaran berorientasi atau berpusat pada guru. Paradigma pendidikan tradisional bukan merupakan sesuatu yang salah atau kurang baik, tetapi model pendidikan yang berkembang dan sesuai dengan zamannya, yang tentu juga memiliki kelebihan dan kelemahan dalam memberdayakan manusia, apabila dipandang dari era modern ini.
Konsep pendidikan modern (konsep baru), yaitu ; pendidikan menyentuh setiap aspek kehidupan peserta didik, pendidikan merupakan proses belajar yang terus menerus, pendidikan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi dan pengalaman, baik di dalam maupun di luar situasi sekolah, pendidikan dipersyarati oleh kemampuan dan minat peserta didik, juga tepat tidaknya situasi belajar dan efektif tidaknya cara mengajar.
Pendidikan pada masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak ke arah modern (modernizing), seperti masyarakat Indonesia, pada dasarnya berfungsi memberikan kaitan antara anak didik dengan lingkungan sosial kulturalnya yang terus berubah dengan cepat. Shipman (1972 : 33-35) yang dikutip Azyumardi Azra bahwa, fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern yang tengah membangun terdiri dari tiga bagian :
(1)   sosialisasi, (2) pembelajaran (schooling), dan (3) pendidikan (education). Pertama, sebagai lembaga sosialisasi, pendidikan adalah wahana bagi integrasi anak didik ke dalam nilai-nilai kelompok atau nasional yang dominan. Kedua, pembelajaran (schooling) mempersiapkan mereka untuk mencapai dan menduduki posisi sosialekonomi tertentu dan, karena itu, pembelajaran harus dapat membekalai peserta didik dengan kualifikasi-kualifikasi pekerjaan dan profesi yang akan membuat mereka mampu memainkan peran sosial-ekonomis dalam masyarakat. Ketiga, pendidikan merupakan "education" untuk menciptakan kelompok elit yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan besar bagi kelanjutan program pembangunan" (Azyumardi Azra, dalam Marwan Saridjo, 1996: 3)[2]
B. Lembaga Pendidikan Islam
Sebelum berdirinya pendidikan formal, dalam dunia islam telah berkembang lembaga pendidikan non formal. Diantaranya adalah:
1.      Toko-toko kitab
Pada mulanya toko-toko kitab tersebut berfungsi sebagaitempat jual beli kitab, saudagar buku tersebut bukanlah orang-orang yang semata-mata mencari keuntungan dan laba, akan tetapi kebanyakan mereka adalah sastrawan yang cerdas, yang telah memilih usaha sebagai pedagang kitab tersebut, agar mereka mendapat kesempatan baik untuk membaca dan menelaah, serta bergaul dengan para ulama. Dengan demikian fungsi toko kitab juga sebagai tempat berkumpunya para ulama dan pujangga lainnya untuk berdiskusi dan bertukar ilmu.
2.      Majelis kesusastraan
Dalam majelis sastra, bukan hanya dibahas kesusastraan saja, tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan dari berbagai kesenian. Pada masa Harun Al Rasyid, pada majelis ini sering diadakan perlombaan antar ahli-ahli syair, perdebatan antar fuqaha, dan diskusi di antara para sarjana.
3.      Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar                              
Kuttab atau maktab, berasal dari kata kataba yang berarti menulis. Jadi kuttabadalah tempat belajar menulis. Ayat al-Qur’an yang pertama diturunkan, telah memerintahkan untuk membaca dan memberikan gambaran bahwa kepandaian membaca dan menulis merupakan saranautama dalampengembanganilmu pengetahuan dalam pandangan Islam.
4.      Pendidikan Rendah di Istana  
Timbulnya pendidikan rendah di Istana untuk anak-anak parapejabat, adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa, guru-gurunya dipanggil secara khusus untuk mengajar di istana, guru-guru tersebut biasa disebut Mu’addib.
5.      Masjid
Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin. Menjadi tempat musyawarah,  mengadili perkara, tempat menyampaikan penerangan agama dan informasi lainnya baik bagi anak-anak, maupun dewasa.
6.      Badiah (dusun Badwi)
Kalau di kota-kota bahasa Arab sudah rusak dan menjadi bahasa pasaran dan campur baur dengan bahasa lain, ternyata tidak demikian dengan Badwi yang mempertahankan bahasa asli Arab. Para khalifah biasanya mengirim anaknya untuk belajar bahasa Arab. Disamping itu di Badiah  pusat kegiatan ahli sufi.
7.      Rumah sakit
Rumah sakit tidak hanya berfungsi sebagai pengobatan orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan, juga merupakan tempat praktikum dari sekolah kedokteran.
8.      Perpustakaan
Perpustakaan dalam dunia Islam pada masa jayanya, dikatakan sudah menjadi aspek budaya yang penting, sekaligus sebagai tempat belajar dan sumber pengembangan ilmu pengetahuan
9.      Rumah Ulama
Hal ini terjadi karena pada umumnya ulama tidak mungkin mengajar di mesjid, sedangkanbanyak pelajaryang berminat untuk belajar. Sebagai contoh Al Ghazali yang seorang sufi, para pelajar terpaksa datang kerumahnya karena al Ghazali menjalani kehidupannya sebagai seorang sufi.[3]


[1] Suwendi M.Ag. Sejarah & Pemikiran Pendidikan Islam. PT Raja Grafindo Bersada. Jakarta. Cetakan Pertama. 2004. h.7-23
[2] http://rofiqnasihudin.blogspot.com/2010/10/studi-pemikiran-pendidikan-islam-modern.html
[3] Dra Zuhairini dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Departemen Agama. 1986. h. 88-98.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar