Selasa, 25 Januari 2011

Pembaharuan Islam


Dalam bahasa indonesia telah selalu dipakai kata modern, modernisasi dan modernisme. Modern berarti model baru, yang bersifat kini, dan modernisasi berarti membentuk selera baru, memberikan atau watak modern dan menerima teori atau adat kebiasaan modern.
            Modernisatie dalam bahasa inggris dan modernizaatsi dalam bahasa belanda berarti meninggalkan cara-cara dan alat-alat yang usang atau lama beralih pada cara-cara dan pemakaian adat-adat baru, sehingga dapat memenuhi tuntutan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan dunia.
            Modernisme dalam masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan  dan usaha untuk mengubah faham-faham, adat-istiadat, intitusi-institusi lama, dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu-pengetahuan dan tekhnologi modern.
            Kaum terpelajar islam menterjemahkan kata modernisme kedalam bahasa-bahasa yang dipakai dalam islam seperti at-tajdid dalam bahasa arab dan pembaharuan dalam bahasa indonesia. Namun,         kata modernisme dianggap mengandung arti-arti negatif di samping arti-arti positif, maka untuk menjauhi arti-arti negatif, lebih baik kiranya dipakai terjemahan indonesianya yaitu pembaharuan.
a.      Di Negara Turki
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah Islam dengan keberhasilannya mendirikan dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Turki Usmani. Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun 1798 dan semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau dibawah pengaruh Eropa.akhirnya serangkaian kekalahan berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemjuan tekhnologi barat. Setelah pendudukan Napoleon, Muhammad Ali memainkan peranan penting dalam kampanye militer melawan Perancis. Ia diangkat oleh pengusaha Usmani menjadi Pasya pada tahun 1805 dan memerintah Mesir hingga tahun 1894.
Buku-buku ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab diterbitkan. Akan tetapi, saat itu terdapat kontroversial percetakan pertama yang didirikan di Mesir ditentang oleh para ulama karena salah satu alatnya menggunakan kulit babi. Muhammad Ali Pasya mendirikan beberapa sekolah tekhnik dengan guru-gurunya dari luar negaranya. Ia mengirim lebih dari 4000 pelajar ke Eropa untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tatakrama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan. Prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan dari Arab, mereka mendapat ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan. Orang-orang Turki Usmani dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa lain dan bersikap terbuka terhadap kebudayaaan luar. Para ilmuwan ketika itu tidak menonjol. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah seperti masjid Sultan Muhammad Al Fatih, masjid Sulaiman, dan masjid Abu Ayub Al Ansari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang awalnya berasalh dari gereja Aya Sophia. Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor pendorong dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi. Toleransi beragama merupakan salah satu kebudayaan Islam dan tidak ada satupun ajaran Islam yang bersifat rasialisme. Dalam hal ini, agama yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad mengandung amanat yang mendorong kemajuan bagi seluruh umat manusia, khusunya umat Islam di dunia.[1]
Pembaharuan di Turki sudah dimulai sejak Sultan Mahmud II (1785—M) berkuasa. Sultan ini secara radikal memulai gerakannya merombak struktur pengelolaan kenegaraan antara eksekutif dan yudikatif. Di bidang hukum, ia memilah antara urusan hukum Islam dan hukum Barat (sekuler). Selain pembaharuan di bidang militer, ia juga merubah kurikulum pendidikan menjadi lebih apresiatif dengan materi-materi bacaan dari Barat. Banyak pelajar yang atas perintahnya dikirim untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi ke Eropa.[2]
 Ide-ide pembaharuannya ini kemudian dilanjutkan oleh gerakan Tanzimat dengan tokoh sentralnya Mustafa Rasyid Pasya (1800—M) dan Mustafa Sami. Selain tokoh-tokoh tersebut, Shadiq Rif’at (1807—M) merupakan figur terkemuka yang menyerukan perlunya jaminan hak-hak asasi bagi warga negara di samping keharusan pemerintah untuk bersikap demokratis dan tidak korup agar tercipta kemakmuran dan kemajuan. Ide-ide pembaharuan Tanzimat selanjutnya diusung oleh gerakan Usmani Muda yang kritis terhadap absolutisme kekuasaan kerajaan Turki dengan tokohnya: Ziya Pasya (1825—M) dan Namik Kemal (1840-1888 M). Gerakan pada puncaknya bermaksud menumbangkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid yang berakhir kegagalan. Sebab-sebab kegagalannya antara lain: (1) Ide yang diusungnya tidak sepenuhnya terpahami oleh kalangan istana; (2) Gerakannya tidak memiliki basis dukungan yang cukup dari kalangan menengah yang bisa menjembataninya berhubungan dengan kalangan lapisan bawah. Jadi cenderung bersifat elitis dan eksklusif; (3) Tidak adanya kekuatan yang cukup untuk menandingi pilar-pilar kekuasaan Sultan. Dengan semakin absolutnya kediktatoran Sultan, memicu munculnya kaum oposan dari beragam kalangan. Salah satunya adalah gerakan Turki Muda di bawah kepemimpinan Ahmed Riza, Mehmed Murad dan Pangeran Sihabuddin. Dari ketiga tokoh yang telah akrab bersentuhan dengan ide-ide Barat ini lahir ide-ide rekonstruksi Turki menjadi negara konstitusional dengan struktur yang terdesentralisasi. Jalur pendidikan tetap menjadi prioritas sebagai instrumen perubahan yang vital. Pemuka Turki Muda tersebut kemudian bergabung bersama kalangan militer dan elemen lainnya dalam kelompok Persatuan dan Kemajuan (Ittihad ve Terekki) yang menginisiasi pemberontakan tahun1908 M. Sultan Abdul Hamid akhirnya menerima tuntutan untuk mengadakan pemilu untuk membentuk parlemen yang kemudian diketuai oleh Ahmed Riza. Peristiwa politik tersebut mempengaruhi stabilitas negara, dengan tanpa dukungan dari kelompok ulama konservatif dan tarekat Bektasyi yang berpengaruh, maka Sultan Mehmed V akhirnya naik ke tampuk kekuasaan. Pemilu selanjutnya diadakan kembali tahun 1912 M yang dimenangkan oleh kelompok Ittihad ve Terekki. Kekuasaan selanjutnya dipegang oleh wakil dari kalangan militer di bawah Enver Pasya, Jemal Pasya, dan Talat Pasya. Modernisasi Turki berlangsung kembali di segala aspeknya.[3]
b.       India-pakistan
Pemikiran modern Islam di India-Pakistan merupakan kelanjutan pemikiran Syah Waliyullah pada abad ke-18. pewaris mughal adalah yang paling dekat dengan bangsa Eropa dalam kaitan dengan hubungan antara struktur administrasi mereka dan yang pada akhirnya menjadi suatu struktur administrasi kolonial. Pendidikan modern, transportasi dan terutama sekali struktur administrasi distrik diciptakan oleh Inggris pada abad ke-19 ketika mereka menjajah India. Selain itu Isi pembaharuan mereka diantaranya menghilangkan taqlid sekalipun pendapat empat imam besar, melawan penjajahan barat, pembaharuan pendidikan yaitu mementingkan ilmu dan teknologi juga menghargai kebebasan akal, tidak memusatkan pada ibadah dan akherat saja, membuka kembali pintu ijtihad, dan emansipasi wanita.
Para penerusnya itu ialah tokoh-tokoh pemikir gerakan Mujahidin (Syah Abdul Aziz dan Sayyid Ahmad Syahid), Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) dengan gerakan Aligarhnya yang mewakili kepentingan elit bahasa Urdu dan bangsawan Muslim di India akhir abad ke-19. retorika gerakan ini berfokus pada reformasi pendidikan. Sayyid Amir Ali (1849-1928), Muhammad Iqbal (1876-1938) yang menawarkan formula baru tentang hubungan Islam dan Negara dalam berbagai dimensi. Ali Jinnah (1876-1948), dan Abu Kalam Azzad (1888-1916).[4]
c.       Pemikiran dan Usaha Pembahruan pada masa periode modern
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah Islam dengan keberhasilannya mendirikan dua dinasti yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Dinasti Turki Usmani. Di dunia Islam, ilmu pengetahuan modern mulai menjadi tantangan nyata sejak akhir abad ke-18, terutama sejak Napoleon Bonaparte menduduki Mesir pada tahun 1798 dan semakin meningkat setelah sebagian besar dunia Islam menjadi wilayah jajahan atau dibawah pengaruh Eropa.akhirnya serangkaian kekalahan berjalan hingga memuncak dengan jatuhnya dinasti Usmani di Turki. Proses ini terutama disebabkan oleh kemjuan tekhnologi barat. Setelah pendudukan Napoleon, Muhammad Ali memainkan peranan penting dalam kampanye militer melawan Perancis. Ia diangkat oleh pengusaha Usmani menjadi Pasya pada tahun 1805 dan memerintah Mesir hingga tahun 1894
Buku-buku ilmu pengetahuan dalam bahasa Arab diterbitkan. Akan tetapi, saat itu terdapat kontroversial percetakan pertama yang didirikan di Mesir ditentang oleh para ulama karena salah satu alatnya menggunakan kulit babi. Muhammad Ali Pasya mendirikan beberapa sekolah tekhnik dengan guru-gurunya dari luar negaranya. Ia mengirim lebih dari 4000 pelajar ke Eropa untuk mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Kebudayaan turki merupakan perpaduan antara kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia, mereka banyak menerima ajaran-ajaran tentang etika dan tatakrama kehidupan kerajaan atau organisasi pemerintahan. Prinsip kemiliteran mereka dapatkan dari Bizantium, sedangkan dari Arab, mereka mendapat ajaran tentang prinsip ekonomi, kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan.
Orang-orang Turki Usmani dikenal sebagai bangsa yang senang dan mudah berasimilasi dengan bangsa lain dan bersikap terbuka terhadap kebudayaaan luar. Para ilmuwan ketika itu tidak menonjol. Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah seperti masjid Sultan Muhammad Al Fatih, masjid Sulaiman, dan masjid Abu Ayub Al Ansari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang terkenal dengan keindahan kaligrafinya adalah masjid yang awalnya berasalh dari gereja Aya Sophia.
Islam dan kebudayaannya tidak hanya merupakan warisan dari masa silam yang gemilang, namun juga salah satu kekuatan penting yang cukup diperhitungkan dunia dewasa ini. Al Qur’an terus menerus dibaca dan dikaji oleh kaum muslim. Budaya Islam pun tetap merupakan faktor pendorong dalam membentuk kehidupan manusia di permukaan bumi.
Toleransi beragama merupakan salah satu kebudayaan Islam dan tidak ada satupun ajaran Islam yang bersifat rasialisme. Dalam hal ini, agama yang ditegakkan oleh Nabi Muhammad mengandung amanat yang mendorong kemajuan bagi seluruh umat manusia, khusunya umat Islam di dunia.[5]
d.      Apa Pembaharuan Pemikiran dalam Islam
1.      Ibrahim Mutafarika
Ibrahim Mutafarrika, salah satu tokoh Turki. Ia memperkenalkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dan kemajuan barat kepada masyarakat turki yang disertai pula oleh usha penerjemahan buku-buku barat ke dalam bahasa turki. Suatu badan penerjemah yang terdiri atas 25 orang anggota dibentuk pada tahun 1717 M.[6]
2.      Syah Waliullah Ad Dahlawi
Syah Waliullah Ad Dahlawi, pengajar di Madrasah yang dimiliki orang tuanya Syeh Abd.Al Rahim yang seorang sufi, Syah Waliullah adalah salah satu pemimpin Islam yang sadar akan kelemahan umat Islam. Ide-ide pembaharuannya mencetuskan pada abad 18 yang diteruskan oleh anaknya Syeh Abd Aziz dan beberapa tokoh lainnya.[7]
3.      Abdul Al Wahab
Abdul Al Wahab, atau Muhammad bin Abdul al Wahhab, pendiri kelompok wahabi yang mazhabnya dijadikan mazhab resmi kerajaan Saudi Arabia. Hal terpenting yang diperhatikan adalah masalah tauhid yang menjadi tiang agama. Menurutnya, tauhid telah dirasuki berbagai hal yang hampir menyamai syirik, contoh: mengmbil berkah dari juru kunci, memberi hadiah kepada para wali untuk mendapat keuntungan, dll. Padahal menurut mereka:
a.       Allah SWT lah pembuat syari’at dan aqidah.
b.      Pendapat para teolog tentang akidah serta ahli fiqih dalam masalah halaldan haram bukanlah hujjah
c.       Setiap orang yang memenuhi syarat ijtihad berhak melakukannya.
d.      Menutup pintu ijtihadmerupakan sebuah bencana bagi kaum muslim.[8]
Sesuai dengan Prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar, maka gerakannya ditunjukan pada segala bentuk bid’ah, khurafat dan kemusyrikan. Semua itu dihadapi dengan kekerasan. Tindakan kekerasan yang pertama kali dilakukan oleh gerakan ini adalah menebang pohon kurma yang dianggap keramat. Kemudian mereka datang ke tempat-tempat dan memasuki kota-kota, lalu mereka menghancurkan masjid-masjid yang dibangun disisi kuburan dan meratakan kuburan-kuburan keramat.[9]
4.      Muhammad Ali Pasya
merupakan orang pertama yang meletakan landasan kebangkitan di mesir. Menurut Ali:
a.       Mesir harus berada dalam satu kekuasaan.
b.      Ali menolak pemikiran bahwa manusia bisa berbuat apa saja terhadap yang ia miliki.
c.       Kewajiban penguasa ialah mengarahkan kekuatan individu untuk mencapai tujuan bersama.
d.      Satu-satunya jalan bagi kebangkitan umat adalah meniru  peradaban barat modern.
e.       Kaum muslimin tidak dapat diharapkan kecuali mereka mengambil pemikiran masyarakat barat.
Meskipun Ali sangat cerdas, dia tidak tahu bahwa gerakan yang diciptakannya suatu saat pasti ada jedanya.  Pada akhirnya, cita-cita Ali gagal, pasukannya kalah, dan dia meniggal dunia.[10]
5.      Al Thahthawi
termasuk penggagas kebangkitan ilmiah modern di Mesir. Diantara pembaharuan pemikirannya adalah:
a.       Membangun sekolah modern seperti di Eropa.
b.      Menerbitkan majalah Mesir  yang bernama Rawdhah al Madaris.
c.       Memberikan pendidikan terhadap kaum wanita.
d.      Orang islam dapat memanfaatkan fenomena peradaban yang dapat ditarik bukunya, Talkhis al Ibriz fi Talkhis al Bariz untuk membangun kebangkitan yang baru.[11]




6.      Jamaluddin Al Afghani
 seorang filosof, penulis, orator, dan wartawan. Afghani menyuarakan gagasan dalam bahasa Arab dan Persia mempunyai arti bahwa gagasan ini memang berasal dari Afghani, bukan dari Ustmani Muda yang berbahasa Turki. Bebas dari kendali barat pun menjadi tujuan yang kian populer.  Pada masanya sendiri, Afghani pertama-tama adalah pembela Islam dalam menghadapi serbuan dan pelanggaran Barat. kedua, dia percaya bahwa pembaharuan perlu dilakukan, agar muslim menjadi cukup kuat untuk menghadapi barat dan merebut kembali kemerdekaan. Ketiga, dia memperhatikan soal kebangkitan Islam sebagai agama.[12] Diantara simpulan pemikiran pembaharuannya adalah:
a.       Menggabungkan ilmu-ilmu tradisional Islam dengan berbagai Ilmu pengetahuan di Eropa dan pengetahuan modern. Walaupun demikian, dia tidak mengeluarkan pemikiran baru
b.      Kebangkitan Islam merupakan tangung jawab kaum muslim.
c.       Masa depan kaum muslim tidak akan mulia kecuali jika mereka menjadikan diri mereka sendiri sebagai orang besar.
d.      Dunia Islam sedang terancam dunia barat yang memiliki kekuatan dinamis mengajak umat Islam untuk melakukan perbaikan Internal untuk mengembalikan kejayaan Islam.[13]
Dalam upaya membangun ilmu pengetahuan, peradaban dan kebudayaan Islam, Jamaluddin Al Afghani sangat menganjurkan agar umat Islam berjuang dengan sekeras-kerasnya untuk menguasi ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang telah dicapai oleh negara-negara barat. Nasib umat Islam di dunia sepenuhnya terletak ditangan umat Islam sendiri, oleh sebab itu umat Islam harus bangkit dari zaman kebodohan dan keterbelakangan.[14]

7.      Muhammad Abduh
pembaharu agama dan sosial di Mesir. Dialah yang sukses membuka pintu ijtihad untuk menyesuaikan Islam dengan tuntutan zaman modern. Dia juga yang membenahi Al Azhar hingga kembali ke keadaan semula dengan kurikulum lama. Sebagai pemberi fatwa, diantara fatwanya adalah penghalalan binatang sembelihan para ahli kitab, bunga bank, dan pengenaan pakaian orang Eropa. Muhammad Abduh sangat terpengaruh oleh pemikiran Jamaluddin Al Afghani.[15]
Tahun 1894 Muhammad Abduh sebagai anggota pimpinan tertinggi Universitas Al-Azhar (Conseil Superieur) yang dibentuk atas anjurannya juga. Disamping itu ia pun memberikan kuliah sebagai guru besar di Al-Azhar. Kesempatan emas ini dipergunakan sebaik mungkin, Muhammad Abduh mulai melancarkan ide-ide pembaharuan kampus, baik dalam bidang administrasi, kurikulum dan penigkatan mutu kuliah. Juga tidak dilupakan upaya peningkatan kesejahteraan mahasiswa dan dosen, pembangunan asrama dan ruang kuliah serta lain-lainnya. Bahkan ia telah memberikan sesuatu yang belum pernah dilakukan oleh orang lain yaitu memberikan kuliah tambahan tentang ilmu pengetahuan yang diperlukan mahasiswa bagi perkembangannya di kemudian hari, seperti sejarah, ilmu bumi, ilmu pasti dan filsafat.[16]
8.      Rasyid Ridha
murid dari Muhammad Abduh, pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh. Rasyid Ridha adalah tokoh denganmulti profesi. Selain sebagai ulama, dai, dan pendidik yang dikenal luas kedalaman ilmunya, terutama di bidang tafsir, hadist, sastra, dan sejarah, ia juga penulis yang produktif, serta politikus yang handal. Sekalipun hasil perjuangannya dapat ditemukan dalam berbagai aspek dan bentuk, namun tetap saja yang kemudian dipandang paling signifikan dan identik dengan figur Rasyid Ridha adalah majalah Al Manar dan tafsir Al Manar.[17]
Adapun tujuan majalah al Manar adalah mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial dan ekonomi, memberantas tahayul dan bid’ah, menghilangkan faham fanatisme, meningkatkn mutu pendidikan, dan membela umat islam terhadap permainan politik negara barat.[18]
Adapun kontribusi selanjutnya adalah tafsir Al Manar dengan nama Asli Tafsir Al Qur’an Al Hakim. Ide-ide modernisasi dan reformasi serta karakteristik  dan model kebangkitan umat yang ingin diwujudkan akan dapat diamati dengan jelas di sela-sela interkasinya dengan ayat-ayat kitab suci ini.[19]
Diantara ide-ide pembaharuan Muhammad Rasyid Ridha adalah:
1.      Mngembangkan sikap aktif, kreatif dan dinamis dikalangan umat.
2.      Umat Islam harus mampu meninggalkan sikap kejumudan dan fatalisme (Jabariyah).
3.      Akal yang sehat dapat dipergunakan untuk menginterpretasikan ayat maupun hadits dengan kaidah-kaidah yang umum.
4.      Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi jika ingin maju, dll.[20]
9.      Sultan Mahmud II
ia adalah seorang sultan kerajaan Ustmani. Langkah pertama pembaharuan yang dilakukannya adalah bidang kemiliteran.selain itu, beliau juga tidak segan-segan melanggar tradisi kesultanan, seperti pengambilan sikap demokrasinya, ia membiasakan para pembesar dan orang yang menghadapkepadanya untuk duduk bersamannya. Ciri kebesaran dihilangkan, pakaian kebesaran diganti dengan pakaian biasa. Rakyat juga tidak dianjurkan memakai pakaian tradisional, sehingga perbedaan status sosial dapat dihilangkan. Ia juga membatasi kekuasaan luar biasa yang dimiliki oleh penguasa Utsmani.[21]
Pembaharuan-pembaharuan kerajaan Usmani (Turki) terus berlangsung dengan dipelopori oleh Sultan Mahmud II. Pembaharuannya dijadikan dasar pemikiran dalam rangka usaha pembaharuan di Turki pada masa selanjutnya.[22]
10.  Usmani Muda
pada awalnya merupakan perkumpulan rahasia yang bertujuan menghapus absolut kerajaan. Salah satu pemikirnya adalah Ziya Pasya, menurutnya agar kerajaan Usmani digolongkan ke dalam golongan negara maju, maka harus memakai sistem konstitusional, di juga menentang pendapat yang tersiar yaitu islam penghalang bagi kemajuan. Pemikir terkemuka lainnya adalah Namik Kemal, Abdul Hamid, Midhat Pasya. Namun ternyata usaha mereka tidak banyak membuahkan hasil. Kegagalan ini karena pendukungnya terus berkurang, bahkan lebih dari itu, mereka hilang dari pembaharuan karena semua pengikit ditangkap dan dipenjarakan.[23]
11.  Turki Muda
            golongan oposisi yang menentang kekuasaan absolut sultan, golongan ini terdiri dari berbagai kalangan masyarakat, para pemuka gerakannya adalah Ahmed Riza, Mehmed Murad, dan Pangeran Sabahuddin. Dalam lapangan pembaharuan, perkumpulan persatuan dan kemajuan membawa perubahan dalambidang administrasi yang kemudian menjadi kerangka bagi pemerintahan lokal dan daerah dari turki sekarang. Dalam bidang ekonomi langkah-langkah mengarah pada ekonomi nasional. Sekolah-sekolah juga didirikan, bahkan wanita pun dibolehkan sekolah hingaa ada doktor hakim wanita. Dengan bertambah luasnya jangkauan Informasi yang sampai kepada masyarakat melalui beberapa media yang dipersiapkan, maka makin bertambah besar masyarakat turkiyang mengenal ide-ide pembaharuan.[24]
12.  Mustafa Kemal
seorang pemimpin Turki yang menyelamatkan kerajaan Turki dari kehancuran total dan bangsa Turki dari penjajahan Eropa. Ia adalah pencipta Turki modern dan atas jasanya ia mendapat gelar ‘Attaturk’. Mustafa Kemal bersama teman-temannya juga berhasil membentuk Majelis Nasional Agung pada tahun 1920. Konsep nasionalisme menurut Mustafa Kemal adalah nasionalisme Turki yang terbatas pada daerah geografisnya, dan bukan ide Nasionalisme yang luas.pembaharuan Mustafa terhadap bentuk negara dilakukan melalui sekulerisasi. Menurutnya, jabatan Sultan dan Khalifah terpisah. Pada tahun 1921, Turki menjadi Republik, dan Kemal menjadi presiden. Sekulerisasi yang dijalankan kemal tidak menghilangkan agama.[25]
13.  Gerakan Mujahiddin
gerakan mujahiddin yang di pimpin Sayyid Ahmad Syahid, Maulvi Wilayat Ali, Maulvi Inayat Ali, dan Maulvi Abdullah. Musuh dari gerakan mujahiddin adalah masyarakat Hindu dan Inggris, akan tetapi gerakan Mujahiddin telah mengadakan kontak dan sepakat akan bersama-sama menentang Inggris. Ketika pasukan hindu melakukan pemberontakan, kaum Mujahddin juga ikut serta, tetapi pemberontakan itu gagal, pemuka-pemukanya ditangkap dan dibuang. Namun ajaran mujahiddin tidak selamanya lenyap,  gerakan mujahiddin pada lapangan pendidikan meningkat pasca gagalnya pemberontakan 1857.[26]
14.  Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan adalah pemikir yang menyerukan saintifikasi masyarakat muslim. Seperti halnya Al Afgani, ia menyerukan kaum muslim untuk meraih ilmu pengetahuan modern. Akan tetapi, berbeda dengan Al Afgani ia melihat adanya kekuatan yang membebaskan dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi modern. Kekuatan pembebas itu antara lain meliputi penjelasan mengenai suatu peristiwa dengan sebab-sebabnya yang bersifat fisik materiil. Di barat, nilai-nilai ini telah membebaskan orang dari tahayuldan cengkeraman kekuasaan gereja. Kini, dengan semangat yang sama, Ahmad Khan merasa wajib membebaskan kaum muslim dengan melenyapkan unsur yang tidak ilmiah dari pemahaman terhadap Al Qur’an. Ia amat serius dengan upayanya ini antara lain dengan menciptakan sendiri metode baru penafsiran Al Qur’an. Hasilnya adalah teologi yang memiliki karakter atau sifat ilmiah dalam tafsir Al Qur’an[27]
pembaharu di India. Diantara pembaharuan pemikirannya adalah:
a.       Menganjurkan manusia untuk lebih bersandar pada jiwa Al-Qur’an daripada bersandar kepada segi harfiahnya.
b.       Penjajah inggris dinegerinya merupakan musuh orang-orang terhormat yang menggunakan akalnya.
c.       Tiang kemerdekaan adalah ilmu pengetahuan yang dapat membawa angin baru dalam peradaban
d.      Agama harus dipandang membolehkan hal itu
e.       Belajar ilmu pengetahuan akan lebih besar manfaatnya jika disalin dari bahasa Inggris ke bahasa setempat.[28]
15.  Sayyid Amir Ali
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga syiah yang di zaman Nadir syah (1736-1747) pindah dari khurusan di persia di india . Keluarga itu kemudian bekerja di di istana Raja mughal. Sayyid Amir Ali lahir pada tahun 1849, dan meninggal pada usia tujuh puluh sembilan pada tahun 1928. pendidikanya diperoleh di perguruan tinggi muhsiniyya yang berada di dekat kalkulta.(Nasution,1996:181)
Di tahun 1869 ia pergi keinggris untuk meneruskan studi dan selesai pada tahun 1873 dengan memproleh keserjanaan dalam bidanghukum. Selesai dari studi ia kembali ke indiadan pernah bekerja sebagai pemerintah inggris, pengcara, hakim dan guru besar dalam hukum islam.
Di tahun 1877 ia membentuk National muhammedan association. Sebagai persatuan umat islam India , dan tujuannya ialah untuk membela kepentingan umat islam dan untuk melatih mereka dalam dunia politik. Dan pada tahun 1883 ia di angkat menjadi salah satu dari ke tiga anggota Majlis Wakil Raja Ingris di india.. Ia adalah satu-satunya anggota islam pada majelis itu.
Di tahun 1904, ia meninggalkan india dan menetap untuk selama-lamanya di inggris. Setelah berdiri liga muslim india di tahun 1906 ia membentuk perkumpulan itu di london. Tetapi dalam gerakan khalifah yang di lancarkan Muhammad Ali di india untuk mempertahankan wujud khalifah di istambul yang hendak di hapuskan kemal attaturk, ia turut mengambil bahagian yang aktif dari london. Sayyid Amir Ali berpendapat dan berkenyakinan bahwa islam bukanlah agama yang membawa kepada kemunduran. Sebaliknya islam adalah agama yang membawa kepada kemajuan dan untuk membuktikan hal itu ia kembali kesejarah islam kelasik. Karena ia banyak menonjolkan kejayaan islam di masa lampau ia di cap penulis-penulis Orientalis, seorang apologis, seorang yang memuja dan rindu kepada masa lampau dan mengatakan kepada lawan : kalau kamu sedang maju sekarang, kami juga pernah mempunyai kemajuan di masa lampau. Pemikiran pertama yang kembali kesejarah lama untuk membawa bukti bahwa agama islam adalah agama rasional dan agama kemajuan ialah Sayyid Amir Ali. Bukannya The Sfirit Of Islam di cetak pertama kali di tahun 1891, dalam bukunya itu ia kupas ajaran-ajaran islam mengenai tauhid, ibadat, hari akhirat, kedudukan wanitaperbudakan, sistem politik, dan sebagainya.[29]
pembentuk Persatuan Umat Islam India yang disebut Nasional Muhammedan Association. Tujuannya adalah membela kepentingan umat Islam India dan untuk mengaktifkan politik umat Islam. Beliau bependapat bahwa Islam bukanlah agamayang membawa kemunduran, tapi membawa kemajuan. Ia ingin mengajak umat islam melihat ke masa lampau sebagai bukti Islam membawa kemajuan.  Baliau juga pelopor pemikir pertama yang mengajak kembali kepada sejarah lama. Beliau menilai, tertutupnya pintu ijtihad adalah penyebab kemunduran Islam. Selain itu, umat islamzaman modern tidak percaya akal padahal Nabi SAW memberi penghargan tinggi bagi yang memuliakan akal.
16.  Muhammad Iqbal
Generasi awal abad ke-20 adalah Muhammad Iqbal yang merupakan salah seorang muslim pertama di anak benua India yang sempat mendalami pemikiran barat modern dan mempunyai latar belakang pendidikan yang bercorak tradisional Islam. Kedua hal ini muncul dari karya utamanya di tahun 1930 yang berjudul The Reconstruction of Religious Thought in Islam (Pembangunan Kembali Pemikiran Keagamaan dalam Islam). Melalui penggunaan istilah recontruction, ia mengungkapkan kembali pemikiran keagamaan Islam dalam bahasa modern untuk dikonsumsi generasi baru muslim yang telah berkenalan dengan perkembangan mutakhir ilmu pengetahuan dan filsafat barat abad ke-20. 
tidak beda dengan pemikir lain, beliau juga menilai kemunduran umat Islam 500 tahun terakhir disebabkan kebekuan dalam pemikiran. Menurut beliau, hukum dalam Islam sebenarnya tidak bersifat statis, tapi dapat berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pintu ijtihad tidak pernah tertutup. Yang pertama mengadakan pemberontakan terhadap pendapat bahwa keempat mazhab telah membahas segala persoalan secara final sehingga ijtihad tak diperlukan lagi adalah Ibnu Taimiyah. Pendapat bahwa pintu ijtihad tidak tertutup dianut oleh Muhammad Abdul Wahab.  Islam pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Beliau menjelaskan tentang ide pembentukan negara pakistan, pembentukan negara pakistan tidaklah bertentangan dengan umat Islam. Cita-cita beliau tercapai setelah ada usaha lanjutan yang dilakukan oleh Ali Jinnah.
17.  Muhammad Ali Jinnah
perjuangannya banyak berkaitan dengan liga muslim dan perjuangan umat Islam India untuk menciptakan Pakistan. Liga Muslim dibawah Ali Jinnah kali ini berubah menjadi gerakan rakyat yang kuat.  Dalam rapat tahunan Liga Muslim 1940, disepakati pembentukan negara Pakistan. Ali Jinnah terus menyebarluaskan ide pendirian negara Pakistan, pelaksanaan pemerintahan akan dipegang umat Islam, tanpa melupakannya turut serta golongan nonmuslim dalam pemerintahan. Pada tanggal 14 Agustus 1949, dewan konstitusi Pakistan dibuka secara resmi. Keesokan harinya, Pakistan lahir sebagai negara umat Islam di India.
18.  Abdul Kalam Azad
beliau menyebarluaskan ide-ide mengenai agama dan politik melalui majalah al Hilal. Perannya dalam lapangan pemikiran pembaharuan Islam kurang menonjol jika dibandingkan kegiatannya dalam politik, pembaharuannya tampak bersifat moderat. Untuk mencapai tujuan India merdeka, menurutnya harus melawan Inggris. Usaha beliau tidak membuahkan hasil, Liga Muslim tidak dihargai lagi. Selanjutnya India terpecah menjadi India-Pakistan.[30]



[1] http://onemiraclecity.blogspot.com/2010/04/perkembangan-islam-pada-masa-modern.html
[2] Dr. harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Bulan bintang, Jakarta, 1975, h.90
[3] http://peziarah.wordpress.com/2007/02/02/pembaharuan-di-dunia-islam/
[4] http://muhtarom84.blogspot.com/2009/12/pembaharuan-di-india-pakistan-sayyid.html
[5] http://hbis.wordpress.com/2008/12/16/perkembangan-islam-pada-masa-modern/
[6] http://nanpunya.wordpress.com/2009/04/14/perkembangan-islam-pada-abad-modern/
[7] Drs Ahmad Syaukani MA. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam. Pustaka Setia. Cetakan I. Bandung. 1997h.63-64
[8] Husayn Ahmad Amin. Seratus Tokoh dalam Sejarah Islam. PT Remaja Rosdakarya. Cetakan kelima. 2000. h.269-270.
[9] Team Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah, AL_HIKMAH Sejarah Kebudayaan Islam, Arifandani.
[10] Ibid h.277-279
[11] Ibid  h.280-282
[12]  Ali Rahnema, dkk. Opcit  h.30-35
[13] Husayn Ahmad Amin. Opcit h.293-294
[14] Team Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah, AL_HIKMAH Sejarah Kebudayaan Islam, Arifandani, h.48
[15] Husayn Ahmad Amin. Opcit h.301-302
[16] Team Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah, Opcit , h.53
[17] Herry Mohammad, dkk. Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20. Gema Insani.Cetakan Pertama. Jakarta. 2006. h.312
[18] Dr Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam. Bulan Bintang.Cetakan Pertama. Jakarta. 1975. h.69
[19] Henrry Mohammad, dkk. Opcit h.317
[20] Team Musyawarah Guru Bina PAI Madrasah Aliyah, Opcit , h.58
[21] Drs Ahmad Syaukani MA. Opcit h.9-11
[22] Ibid h.14
[23] Ibid h.20-29
[24] Ibid h.30-36
[25] Ibid h.48-57
[26] Dr Harun Nasution. Opcit h.160-168
[27] http://onemiraclecity.blogspot.com/2010/04/perkembangan-islam-pada-masa-modern.html
[28] Husayn Ahmad Amin. Opcit h.296-297
[29] http://muhtarom84.blogspot.com/2009/12/pembaharuan-di-india-pakistan-sayyid.html
[30] Drs Ahmad Syaukani MA. Opcit h.81-97

Senin, 24 Januari 2011

Dakwah


Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :
ادْعُ إِلَ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَىْػِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَن
“ Serulah [ manusia ] kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik …….“ [ Q.S. An-Nahl 16: 125].
Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, meode mujadalah billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama‟ terhadap tiga prinsip metode tersebut antara lain :
a. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat menghilangkan keragu-raguan.
b. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan hati.
c. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling tolong-menolong dalam mencapai kebenaran. Demikianlah antara lain pendapat sebagaian Mufassirin tentang tiga prinsip metode tersebut. Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda :
Yang artinya “Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].
Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;
a. Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang berjiwa dakwah.
b. Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan kata-kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad‟u, bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.
c. Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas, dan tetap mencintai mad‟u dengan tulus, apabila suatu saat mad‟u atau objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh, mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da‟I atau muballigh, maka hati da‟i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian, tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da‟i hendaknya mendo‟akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

b. Aplikasi Metode Dakwah Rasulullah
a. Pendekatan Personal; pendekatan dengan cara ini terjadi dengan cara individual yaitu antara da’i dan mad’u langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima dan biasanya reaksi yang ditimbulkan oleh mad’u akan langsung diketahui.
b. Pendekatan Pendidikan; pada masa Nabi, dakwah lewat pendidikan dilakukan beriringan dengan masuknya Islam kepada kalangan sahabat. Begitu juga pada masa sekarang ini, kita dapat melihat pendekatan pendidikan teraplikasi dalam lembaga-lembag pendidikan pesantren, yayasan yang bercorak Islam ataupun perguruan tinggi yang didalamnya terdapat materi-materi keislaman.
c. Pendekatan Diskusi; pendekatan diskusi pada era sekarang sering dilakukan lewat berbagai diskusi keagamaan, da‟i berperan sebagai nara sumber sedang mad’u berperan sebagai undience.
d. Pendekatan Penawaran; cara ini dilakukan Nabi dengan memakai metode yang tepat tanpa paksaan sehingga mad‟u ketika meresponinya tidak dalam keadaan tertekan bahkan ia melakukannya dengan niat yang timbul dari hati yang paling dalam.
e. Pendekatan Misi; maksud dari pendekatan ini adalah pengiriman tebaga para da‟i ke daerah-daerah di luar tempat domisisli.[1]
c. Al-Quran Sebagai Pedoman Dakwah
Al Quran sebagai kitab petunjuk bagi seluruh manusia di sepanjang zaman. Luas bumi dan panjangnya masa diliputi oleh  cahaya matahari sedangkan cahaya petunjuk Al Quran bersinar selama kehidupan manusia berlangsung.  Allah swt dalam menjelaskan ruang lingkup risalah Nabi saw berfirman:”Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada Mengetahui”. Surat Saba` ,ayat 28. Dengan demikian risalah beliau saww dan Al Quran, ialah mendunia dan abadi. Umat beliau mencakup seluruh manusia, tidak terbatas pada kelompok tertentu.  Dalam surat Al Furqaan, ayat 1 dikatakan:   ”Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. Kitab yang merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia mempunyai dua kriteria:
  1. Al Quran berbicara dengan bahasa dunia supaya dapat difahami oleh semua orang  dan tidak ada jalan  bagi mereka untuk beralasan bahwa bahasa Al Quran ialah tidak benar dan literaturnya asing bagi  mereka.
  2. Kandungan Al Quran berguna untuk semua orang laksana air yang merupakan unsur penyebab kehidupan segala makhluk hidup di sepanjang masa.
Berkenaan dengan pemahaman terhadap ilmu-ilmu Qurani, ia tidak bergantung pada kultur tertentu sehingga tanpanya, sampai kepada rahasia-rahasia Al Quran menjadi absurd.  Kultur juga bukan sebagai penghalang manusia untuk memahami pesan-pesan pentingnya. Dengan demikian satu-satunya bahasa sebagai faktor   keteraturan alam manusia ialah bahasa fitrah. Bahasa fitrah ialah kultur umum bagi semua orang di segala waktu. Setiap orang yang memahami fitrah, akan menggunakannya sehingga ia tidak bisa beralasan dengan mengatakan bahwa bahasa fitrah adalah aneh. Dalam surat Ar Ruum, ayat 30, dikatan:”  Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. Kosakata dan literatur bukan merupakan maksud dari bahasa Al Quran dalam kajian ini. Sebab, jelas bahwa selain orang-orang arab tidak mengenal bahasa Al Quran sebelum mempelajari bahasa dan literaturnya. Berbicara dengan bahasa umum fitrah, ialah maksud dari bahasa Al Quran disini.  Manusia berbeda-beda dari sisi bahasa, literatur, budaya-budaya kesukuan dan iklim daerah akan tetapi dari sisi fitrah, mereka mempunyai kesamaan. Dengan bahasa fitrah inilah, Al Quran berbicara dengan manusia. Oleh karenanya bahasa fitrah sebagai bahasa yang dapat difahami oleh semua orang. Rasulullah saww diutus untuk seluruh suku  maupun kelompok  manusia dan berbicara dengan bahasa fitrah sehingga dimengerti oleh berbagai macam sahabat seperti Salman Al Farisi, Shuhaib Ar Ruumi, Bilal Al Habsyi, Uwais Al Qarni, Ammar dan Abu Dzar Al Hijazi. Dalam kitab Bihar Al Anwar, jilid 16, halaman 323 Rasulullah bersabda: Aku diutus untuk orang-orang yang berkulit putih, hitam dan merah. Beragamnya bahasa, suku, iklim, adab, tradisi serta aneka ragam faktor eksternal lainnya berada dalam naungan kesatuan fitrah manusia ini. Di dalam surat An Nahl, ayat 89, Allah swt berfirman:” Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. Perkataan Al Qur`an dengan bahasa fitrah manusia dan difahaminya bahasa fitrah tersebut oleh semua orang, tidak berarti sama kadar pemahaman orang-orang terhadap Al Qur`an. Ilmu-Ilmu Al Qur`an memiliki banyak tingkatan dan setiap tingkatannya hanya dapat difahami oleh kelompok tertentu. Dalam kitab Bihar Al Anwar, jilid 75, halaman 278 dikatakan: Al Qur`an mempunyai empat sesuatu, yang pertama ialah penjelasan ( untuk kelompok awam), yang kedua, adalah isyarat ( untuk kelompok alim ), yang ketiga, ialah point-point penting ( untuk para wali ), yang keempat, adalah hakikat ( untuk para Nabi ).  Setiap orang memahami Al Qur`an sesuai dengan potensi dan kapasitasnya, adapun tingkatan  “Al Maknun” khusus untuk Rasulullah saw dan para Ahlul baitnya.  Meskipun Al Qur`an sebagai kitab yang internasional dan abadi, namun tidak semua orang mendapatkan hidayah untuk memanfaatkanya. Dosa, penyelewengan, keatheisan dan taklid batil kepada orang-orang dahulu, merupakan tirai penutup hati manusia dan sebagai penghalang manusia untuk merenung atas rahasia-rahasia Al Qur`an. Allah swt berfirman dalam surat Muhammad, ayat 24:” Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur`an ataukah hati mereka terkunci”. Hati yang tertutup tidak dapat ditembus oleh ilmu-ilmu Al Qur`an, adapun bagi mereka yang menjaga fitrahnya dari noda-noda dosa seperti sahabat yang bernama Shuhaib yang datang dari Roma, Salman Al Farisi yang datang dari Persia, Bilal yang datang dari Habasyah serta Ammar dan Abu Dzar yang datang dari Hijaz, mereka dapat memasuki ilmu-ilmu Al Qur`an. Sebab fitrah yang terjaga sebagai salah satu dari modal yang diperlukan untuk memanfaatkan  Al Qur`an. Walaupun seorang ilmuan matrealisme tatkala fitrah Tauhidinya terjaga dari penyimpangan, maka ia dapat menerima hidayah Al Qur`an. Sebab tirai keatheisan telah memadamkan cahaya fitrahnya sehingga ia tidak akan merenung tentang kebesaran Al Qur`an karena image bahwa Al Qur`an merupakan dongeng yang di buat-buat. Al Qur`an dapat difahami oleh semua orang dengan syarat bahwa mereka telah mengenal qaedah-qaedah bahasa arab dan ilmu-ilmu yang mendasari pemahaman terhadap Al Qur`an.


[1] http://sutisna.com/artikel/kependidikan/pendidikan-islam/lembaga-lembaga-pendidikan-islam/